Category Archives: Farmasetik

The correct Pharmacy Symbol

correct20pharmacy20symbol

The Caduceus, the Rod of Asclepius, and the Bowl of Hygieia are three symbols that belong to Greek mythology. Over the millennia their meaning has often been confused and interchanged until they overlap. The caduceus is depicted with 2 snakes intertwined along with a stick and with 2 wings at the top end. It is the symbol of Hermes and therefore should represent the symbol of trade. Over time, however, various medical societies and organizations have misused the caduceus as a symbol of medicine. The real symbol of medicine is actually the staff of Asclepius, represented by a single snake tangled along with a stick and without wings. Finally, the symbol of the Pharmacy: the Bowl Of Hygieia was used for the first time by the Parisian pharmacy society in 1796 in a coin. The symbol has since been used worldwide by various pharmacy societies and organizations.

Source: https://pharmwarthegame.blogspot.com/

Tinggalkan komentar

Filed under Farmasetik

Buku Saku

Mahoni Book

Download 

Tinggalkan komentar

Filed under Farmasetik

Emulsi, Losio & Emolien

Emulsi adalah sistem dispersi yang mengandung sedikitnya dua fase cairan yang tidak dapat bercampur. Umumnya emulsi secara konvensional dalam bidang farmasi menggunakan partikel dispersi dengan diameter 0,1 sampai 100  μm

Lotio

Lotio

( Gennaro, 1990 ).

Losio adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk partikel halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang cocok. Pada penyimpanan mungkin terjadi pemisahan. Dapat ditambahkan zat pewarna, zat pengawet dan zat pewangi yang cocok ( Ditjen POM, 1979 ). Baca lebih lanjut

7 Komentar

Filed under Farmasetik

Emulgator

Oil Droplets In Water

Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka antara minyak dan air dan membentuk film yang liat mengelilingi tetesan terdispersi sehingga mencegah koalesensi dan terpisahnya fase terdispersi ( Parrot, 1971 ).

Berdasarkan struktur kimianya emulgator diklasifikasikan menjadi :

1.        Emulgator sintetik atau surfaktan yang membentuk film monomolekuler, contohnya adalah :

1)        Golongan anionik misalnya sabun trietanolamin stearat, natrium lauril sulfat.

2)        Golongan kationik misalnya senyawa amonium kwarterner.

3)        Golongan nonionik misalnya ester asam lemak sorbitan, ester asam lemak polioksietilen sorbitan. Baca lebih lanjut

1 Komentar

Filed under Farmasetik

Evaluasi Kestabilan Lotio

Tetes Terdispersi

Tetes Terdispersi

Kestabilan fisika lotio dievaluasi antara lain dilakukan terhadap tiga parameter yaitu ada tidaknya perubahan :

1.        Volume kriming

2.        Kekentalan

3.        Ukuran tetes terdispersi

Bentuk kestabilan emulsi selama penyimpanan ditunjukkan dengan terjadinya kriming, perubahan kekentalan dan ukuran tetes terdispersi ( Lachman 1986 ). Baca lebih lanjut

2 Komentar

Filed under Farmasetik

Disolusi

Disolusi adalah  proses pelepasan senyawa obat dari sediaan  dan melarut  dalam media pelarut, sedangkan  laju disolusi adalah jumlah zat aktif yang dapat larut dalam waktu tertentu pada kondsisi antar permukaan cair-padat, suhu dan komposisi media yang dibakukan (1). Tetapan laju disolusi merupakan suatu besaran  yang menunjukkan  jumlah bagian senyawa obat yang larut  dalam media  per satuan  waktu. Uji disolusi yang diterapkan pada sediaan obat bertujuan untuk mengukur  serta mengetahui jumlah zat aktif yang terlarut dalam media pelarut yang diketahui volumenya pada waktu dan suhu tertentu, menggunakan alat  tertentu  yang didesain  untuk uji  parameter   disolusi  (1).

Baca lebih lanjut

1 Komentar

Filed under Farmasetik

Evaluasi Tablet

1. Uji Keseragaman Bobot (1)
Diambil sebanyak 20 tablet kemudian ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya. Selanjutnya tablet tersebut ditimbang satu persatu dan dihitung persentase masing-masing dengan syarat, tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 5% bobot rata-ratanya dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% bobot rata-ratanya.

2. Uji Keseragaman Ukuran (1)
Diambil 10 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya satu per satu menggunakan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya. Kecuali dinyatakan lain garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.

Baca lebih lanjut

Tinggalkan komentar

Filed under Farmasetik

Metode Evaluasi Granul

1. Uji Kadar Air
Kadar air ditentukan dengan menimbang granul dalam keadaan basah dan setelah dikeringkan. Kadar air dinyatakan sebagai LOD (Lost On Drying)/ susut pengeringan
2. Uji Kecepatan Alir dan Sudut istirahat
Granul ditimbang sebanyak 100 g, lalu dimasukkan ke dalam corong pisah yang lubang bawahnya ditutup, kemudian diratakan. Pada bagian bawah corong diberi alas. Tutup dibuka hingga granul mulai meluncur. Waktu yang dibutuhkan oleh granul untuk mengalir dicatat. Kecepatan alir dihitung dengan membagi bobot granul dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengalir.

Baca lebih lanjut

Tinggalkan komentar

Filed under Farmasetik

Tablet

Farmakope Indonesia edisi III ( 1 ) mendefinisikan tablet sebagai sediaan kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang dapat digunakan yaitu zat pengisi, zat pelicin, zat pengikat, zat pembasah atau zat lain yang cocok.

Sedangkan definisi menurut USP dan NF (2), tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan yang sesuai dan dapat berbeda dalam bentuk, ukuran, bobot dan aspek lainnya tergantung pada jumlah bahan obat dan cara pemakaian tablet.

Baca lebih lanjut

4 Komentar

Filed under Farmasetik

Oral Administration: Drug Release and Absorption

Source : Lüllmann, Color Atlas of Pharmacology © 2005 George Thieme  Verlag

Tinggalkan komentar

Filed under Farmasetik

Artikel

STUDI KOMPARASI TERHADAP LAJU DISOLUSI TABLET PARASETAMOL

DENGAN PENAMBAHAN POLISORBAT 80

ABSTRACT

A study of the dissolution rate of paracetamol tablets using polysorbate 80 as wetting agent had been investigated. The aim of this investigation is to determine concentration of polysorbate 80 should be added to the formula to produced the tablet with the fastest dissolution rate.
The paracetamol tablets were prepared by wet granulation methods using polysorbate 80 with various concentration, 1%, 3%, 5%, 7% and 9% respectively. The tablet without polysorbate 80 was also prepared for comparison. The tablets had been evaluated with uniform size, uniform weight, hardness, disintegration time and the dissolution test.
The dissolution test of tablet in phosphate buffer pH 5.8 using the stirring paddle with rotation speed at 50 rpm at the temperature 37 ± 0.5°C. The release of paracetamol every time appointed well measured by UV spectrophotometer at wave length 242 nm and the concetration determinated with standard curve.

Baca lebih lanjut

Tinggalkan komentar

Filed under Farmasetik