Terkadang Allah Azza wa Jalla dengan segala hikmah yang ada padaNya menyisakan sedikit dari suatu musibah yang telah dijalani hambaNya. Ini hendaknya bisa diambil sebagai pelajaran agar pada saat berhasil melai segala ujian itu makin bertambah segala kesyukuran baginya. Selain itu juga sebagai pengingat agar jangan sampai lupa diri bahwa pada suatu masa dan saat titik tertentu ia pernah mengalami suatu kesulitan.
Salah satu sifat manusia kadang terlupa dengan kesulitan yang pernah dihadapinya dikala ia telah berada dalam kelapangan dan menikmati segala jerih payah yang telah dilakukannya, padahal semua itu ia peroleh bukan karena ia hebat akan tetapi dengan segala kelemahannya ia telah di tolong oleh Allah Azza wa Jalla.
Maka dengan melihat bekas bekas ujian itu akan kembali membuat kita sadar dan hendaknya lebih banyak bersyukur bahwa Allah Azza wa Jalla tidak akan pernah meninggalkan kita dan ujian itu sesuai dengan kadar kemampuan kita, dengan keyakinan bahwa setiap masalah akan ada penyelesaiannya. Kadang seolah persolan itu sangat pelik dan tidak ada solusi, maka yakinlan pada saat itu secara hakikat ujian itu akan segera memperoleh pemecahan masalah. Bukankan setelah mencapai puncak segala sesuatu akan kembali menurun, sebagaimana ditengah titik terpekatnya malan maka setelah pada titik itu tidak lama lagi akan terbit fajar. Sebab secara sunnatullah setelah kesulitan akan datang kemudahan dan sugguh kemudahan itu bersama dengan ujian itu. Sehingga semakin yakin kita ibarat sebuah gembok tidak akan dibuat tanpa kuncinya.
Semakin kamu menitipkan hatimu kepada Allah, maka semakin luas hatimu dengan keikhlasan
Yang perlu kamu ingat, bahwa Allah tak akan pernah membuatmu bersendirian. Sementara yang kamu hadapi bukanlah masalah yang kecil
Allah akan selalu membersamaimu. Tak akan pernah meninggalkanmu walau sedetik. Yang perlu kamu lakukan untuk saat ini adalah menitipkan hatimu hanya kepada Allah semata
Jika kamu lakukan itu, maka tak akan ada kecewa. Jika kamu percaya itu, maka tak akan ada rasa sakit hati
Apa yang membelenggumu saat ini, bisa dipastikan karena kamu tidak mengikhlaskan hati semata karena Allah. Sebab, jika hatimu hanya dititipkan kepada-Nya, maka tak akan ada masalah
Titipkanlah hatimu kepada Allah sepenuhnya. Niscaya sesuatu yang memberatkan itu akan segera sirna. Sungguh bila hatimu senantiasa kamu dekatkan dengan Allah maka pasti hal seberat apapun yang menyapamu tidak akan pernah membuatmu lemah dengan rasa sakit
Titipkan segala keluh kesah hanya kepada Allah. Karena dengan sebab itu, hatimu akan ikhlas dan lapang, tak “Dia (Ya’qub) menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS Yusuf: 86)
Cinta itu adalah angin yang berhembus lembut pada jiwa
Cinta itu adalah air yang mengalir menyusur setiap asa
Cinta itu adalah karsa menggelora membentang samudera
Cinta itu adalah api Membakar angkara murka
Cinta itu adalah Makkah Sumbu iman bagi semesta
Cinta adalah Madinah Tanda mata Sang Nabi tercinta
Cinta itu adalah Al Aqsha Gerbang langit menembus Sidratul Muntaha
Cinta itu adalah padi yang merunduk pasrah Memberi dan tak harap menerima
Cinta itu adalah tawa Indah negeri khatulistiwa yang bersih para penista
Penebar fitnah , pembawa petaka
Cinta itu adalah Diponegoro sang perwira, Menapak langkah setia Dari Jawa merajut asa Tinggalkan tahta demi cita-cita dari penjara hingga menutup mata Di negeri para panglima
Cinta itu adalah Karaeng Galesong Permata Gowa yg berkelana di tanah Jawa Tumenanga ri Tappa’na
Cinta itu adalah hijrah para pemuda Rela tinggalkan gemerlap dunia Senyap dalam bahagia Larut dalam tasbih semesta
Cinta itu adalah bintang- bintang Nusantara Menebar cahaya intan permata Hingga pelosok negeri tercinta Kalam Ilahi merasuk di dada
Cinta itu adalah lingkar – lingkar halaqah yang basah tetesan air mata khasyah
Cinta itu adalah fikrah yang tajam membelah Setiap problema dan prahara
Cinta itu adalah rasa nyata untuk saudara Pada setiap duka nestapa Menghapus tetes air mata
Cinta itu adalah Detik- detik bermakna Ayah bunda Hadir tuk buah hati belaian jiwa Melepas jerat segenggam layar kaca
Cinta itu adalah Asa yang tak pernah menyerah Membangun adab paripurna Mengeja bahagia Pada kitab perjuangan tak kenal lelah
Cinta itu adalah setia , pada negeri dan bangsa Karena ianya hanya karena Sang Pencipta.
Cinta itu adalah Wahdah Yang hadir untuk Indonesia Hingga ayat – ayat terindah Bertahta di setiap jiwa
( SELAMAT muktamar ke Empat , Wahdah Islamiyahku.
Warga yang setia , Muhammad Ikhwan Jalil. Rabiul awal 1443 H )
JANGAN KHAWATIRKAN APA YANG SUDAH DITANGGUNG ALLAH
Aku melihat hidup orang lain begitu nikmat. Ternyata ia hanya menutupi kekurangannya tanpa berkeluh kesah.
Aku melihat hidup teman-temanku tak ada duka dan kepedihan. Ternyata ia hanya pandai menutupinya dengan mensyukuri.
Aku melihat hidup saudaraku tenang tanpa ujian. Ternyata ia begitu menikmati badai hujan dalam kehidupannya.
Aku melihat hidup sahabatku begitu sempurna. Ternyata ia hanya berbahagia menjadi apa adanya.
Aku melihat hidup tetanggaku beruntung. Ternyata ia selalu tunduk pada Allah untuk bergantung.
Setiap hari aku belajar memahami dan mengamati setiap hidup orang yang aku temui. Ternyata aku yang kurang mensyukuri nikmat-Mu. Bahwa di belahan dunia lain masih ada yang belum seberuntung yang aku miliki saat ini.
Dan satu hal yang aku ketahui, bahwa Allahu Rabbi tak pernah mengurangi ketetapan-Nya. Hanya aku lah yang masih saja mengufuri nikmat suratan Ilahi.
Maka aku merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang lain. Mungkin aku tak tahu di mana rezekiku. Tapi rezekiku tahu di mana diriku. Dari lautan biru, bumi, dan gunung, Allah ﷻ telah memerintahkannya menuju kepadaku. Allah ﷻ menjamin rezekiku, sejak 4 bulan 10 hari aku dalam kandungan ibuku. Amatlah keliru bila bertawakal rezeki dimaknai dari hasil bekerja. Karena bekerja adalah ibadah, sedang rezeki itu urusan-Nya.
Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-Nya, adalah kekeliruan berganda. Manusia membanting tulang demi angka simpanan gaji, yang mungkin esok akan ditinggal mati. Mereka lupa bahwa hakikat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya.
Rezeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita. Allah menaruh sekehendak-Nya. Diulang bolak balik 7 kali Shafa dan Marwa, tapi Zamzam justru muncul dari kaki sang bayi, Ismail ‘alayhissalam
Ikhtiar itu perbuatan. Rezeki itu kejutan. Dan yang tidak boleh dilupakan, tiap hakikat rezeki akan ditanya kelak. “Darimana dan digunakan untuk apa?” Karena rezeki hanyalah ”Hak Pakai,” bukan”Hak Milik”.
Halalnya saja dihisab, dan haramnya diazab! Maka aku tidak boleh merasa iri pada rezeki orang lain. Bila aku iri pada rezeki orang, sudah seharusnya juga iri pada takdir kematiannya. Astaghfirullah.
✍🏻 Ustadz DR. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى